Kamis, 26 Mei 2011

Globalisasi Sebabkan 6 Bahasa Dunia Terancam Punah

Manuel Segovialawan.us, – Kedatangan kebudayaan asing memang seringkali mampu merubah adat dan kebudayaan asli suatu daerah, termasuk halnya dengan masalah bahasa. Setidaknya ada sebanyak 6 bahasa di negara-negara dunia yang kini tengah tergerus oleh arus globalisasi dan terancam kepunahannya.

Ancaman inilah yang dihadapi enam bahasa yang telah hidup berabad-abad. Keenam bahasa yang terancam punah itu dipakai oleh penduduk di Meksiko, Rusia, Indonesia, Australia, Chad, dan Cile.

Khusus bahasa Ayapango, para ahli sedang berkejaran dengan waktu untuk menyusun kamus bahasa salah satu suku Indian di Meksiko itu. Maklum saja, hanya tinggal dua orang saja yang fasib berbicara Ayapango, yakni Manuel Segovia, 75 tahun, and Isidro Velazquez, 69 tahun. Sayangnya, mereka menolak berbicara.

Bahasa Ayapango ini bebas dari pengaruh Spanyol yang pernah menjajah Meksiko. Suku Ayapango ini hidup di Desa Ayapa, sebuah dataran rendah tropis di Negara Bagian Tabasco, selatan Meksiko.

Berikut daftar 6 bahasa yang terancam punah:

Ayapango

Dipakai oleh suku Ayapango di negara bagian Tabasco, selatan Meksiko. Hanya tinggal dua orang yang mampu berbicara bahasa itu. Sayangnya mereka menolak berbicara.

Ter Sami

Hanya dua orang lanjut usia yang masih fasih. Bahasa ini dipakai oleh penduduk di Semenanjung Kola, barat daya Rusia. Hingga akhir abad ke-19 masih terdapat 450orang yang berbicara bahasa Ter Sami. Tapi pada 1930-an, bahasa ini dilarang diajarkan di sekolah.

Kayardild

Tinggal empat orang Aborigin, suku asli Australia, yang bisa menggunakan bahasa ini. Mereka hidup di pulau Bentinck dan Mornington, Negara Bagian Queensland, Australia.

Lengilu

Bahasa ini dipakai oleh penduduk di timur laut Pulau Kalimantan, Indonesia. Kini hanya tinggal empat orang saja yang fasih.

Mabire

Cuma tiga orang di Desa Oueik, Chad, yang masih mampu bicara dengan bahasa Mabire.

Tehuelce

Dipakai oleh suku nomad pemburu di Cile. Kini tinggal empat orang yang fasih dan menetap di Patagonia, Argentina. (lw/tempointeraktifcom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar